Hai ayah bunda…apa kabarnya?
Kali ini mimin mau ngebahas mengenai kecerdasan majemuk. Sudah pernah denger kan ayah bunda?
Apa sih yang dimaksud kecerdasan majemuk?
Yuk simak lebih lengkapnya…
Kecerdasan majemuk adalah konsep penilaian kecerdasan anak dengan beberapa tolak ukur kemampuan. Dalam buku berjudul Multiple Intelligences: The theory in prac-tice, seorang psikologi bernama Howard Gardner menyatakan bahwa konsep kecerdasan majemuk melibatkan faktor biologi serta faktor budaya.
Konsep penilaian kecerdasan majemuk bagi Si Kecil merupakan perlawanan terhadap penilaian kecerdasan yang hanya berdasarkan skor standar tes IQ.
Pencetus konsep kecerdasan ini adalah Howard Gardner pada tahun 1983. Teori Gardner menyatakan bahwa kecerdasan tidak hanya intelligence quotient (IQ). Sebabnya, IQ tinggi tanpa adanya produktivitas bukan sebagai kecerdasan yang baik.
Pengertian kecerdasan majemuk
Sebelum Howard Gardner mencetuskan ide dan pengertian kecerdasan miliknya, kecerdasan Si Kecil cuma dinilai berdasar IQ dengan standar tertentu.
Sehingga, Si Kecil hanya dinilai berdasarkan kemampuan mengerti ide yang kompleks, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, kemampuan belajar dari pengalaman, kemampuan melaksanakan tugas dan berbagai situasi, dan kemampuan mengatasi hambatan dengan pikirannya.
Kecerdasan majemuk menurut para ahli
Howard Gardner mengubah pola pikir konvensional tersebut. Ia kemudian mengeluarkan konsep penilaian kecerdasan dengan 8 parameter.
Konsep kecerdasan yang dibawa Gardner berangkat dari pandangan penilaian kecerdasan Si Kecil tidak cuma berdasar skor standar saja.
Lebih dari itu, kemampuan Si Kecil menyelesaikan masalah yang terjadi, kemampuan menghasilkan persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan menciptakan sesuatu, atau memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.
Idealnya, Si Kecil dinilai berdasarkan apa yang ia bisa kerjakan, bukan berdasar apa yang tidak bisa ia kerjakan. Ini artinya, tidak ada Si Kecil bodoh atau Si Kecil pintar.
Dari paradigma tersebut, maka pandangan yang dihasilkan adalah seorang anak pasti menonjol di salah satu atau sejumlah kecerdasan. Dengan 8 parameter kecerdasan ala Gardner, maka akan hadir sejumlah kecerdasan anak di luar kecerdasan logika dan linguistik.
Setelah Howard Gardner, ada Thomas Armstrong yang menjelaskan lebih lanjut tentang kecerdasan majemuk. Thomas Armstrong menyebutkan bahwa tiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang memungkinkan mereka jadi cerdas.
Sifat natural yang dimaksud Thomas Armstrong adalah rasa ingin tahu, daya eksplorasi, vitalitas, spontanitas, dan fleksibilitas.
Dengan berbagai sifat naturalnya itu, maka tugas orang tua dan lingkungan adalah mempertahankan sifat yang mendasari kecerdasan tadi untuk terus bertahan hingga dewasa.
Thomas Armstrong menunjukkan ada sejumlah indikator penilaian kecerdasan anak. Indikator Armstrong berdasarkan pada kemampuan autentik yang dimiliki Si Kecil. Indikator-indikator itu adalah:
- observasi
- dokumentasi hasil karya
- penilaian tugas
- penilaian berdasar konteks tertentu
- portofolio
- penilaian 8 parameter kecerdasan Gardner
SDII Al Abidin sejak awal sudah menekankan bahwa setiap anak itu punya kecerdasan yang berbeda-beda. Tugas guru dan terutama orang tua adalah merawat dan menumbuhkan potensi kecerdasan tersebut agar semakin berkembang.
Nah kebetulan sekarang juga pembukaan Gelombang Inden III untuk TK A ayah bunda. Jadi kalau ananda atau saudara dan kolega yang putra-pturinya masih di TK A bisa ikutan mendaftar gelombang inden di SDII AL ABIDIN.
Banyak loh keuntungan ikut gelombang indent. Yuk kepoin info lengkapnya ke nomor yang tertera di website.